Nama :
Rima Farida
Nim :14-03000358-31
Pendidikan
Karakter
A. Pengertian
Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu system yang teratur dan mengemban misi yang cukup
luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dg perkembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah
kepercayaan atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu
lembaga pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam
melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan
pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak
didik dalam berfikir, bersikap dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang
masih dalam tahap perkembangan dalam transisi yang mencari identitas diri. Dalam
kaitaannya dengan pendidikan karakter, bangsa Indonesia sangat memerlukan SDM
(sumber daya manusia) yang besar dan bermutu untuk mendukung terlaksananya
program pembangunan dengan baik. Disinilah dibutuhkan pendidikan yang
berkualitas, yang dapat mendukung tercapainya cita-cita bangsa dalam memiliki
sumber daya yang bermutu, dan dalam membahas tentang SDM yang berkualitas serta hubungannya dengan
pendidikan, maka yang dinilai pertama kali adalah seberapa tinggi nilai yang
sering diperolehnya, dengan kata lain kualitas diukur dengan angka-angka,
sehingga tidak mengherankan apabila
dalam rangka mengejar target yang ditetapkan sebuah lembaga pendidikan
terkadang melakukan kecurangan dan manipulasi.
Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah
Pertama (SMP) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan
tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik
sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi
dengan masyarakat. Ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata
oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh
kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini
mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill
dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia
bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada
hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik
sangat penting untuk ditingkatkan.
Pendidikan yang sangat dibutuhkan saat
ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan
pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak
(kognitif, fisik, sosial-emosi, kreativitas, dan spiritual). Pendidikan dengan
model pendidikan seperti ini berorientasi pada pembentukan anak sebagai manusia
yang utuh. Kualitas anak didik menjadi unggul tidak hanya dalam aspek kognitif,
namun juga dalam karakternya. Anak yang unggul dalam karakter akan mampu
menghadapi segala persoalan dan tantangan dalam hidupnya. Ia juga akan menjadi seseorang yang lifelong
learner. Pada saat menentukan metode pembelajaran yang utama adalah menetukan
kemampuan apa yang akan diubah dari anak setelah menjalani pembelajaran
tersebut dari sisi karakterya. Apabila kita ingin mewujudkan karakter tersebut
dalam kehidupan sehari-hari, maka sudah menjadikan kewajiban bagi kita untuk
membentuk pendidik sukses dalam pendidikan dan pengajarannya.
B. Pengertian
Pendidikan Karakter
Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas
adalah, bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat
tabiat, temperamen dan watak, sementara itu, yang disebut dengan berkarakter
ialah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak sedangkan
pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina, kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan.
Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat. Dalam perkembangannya , istilah pendidikan
atau paedagogie, berarti bimbingan atau pertolongan dengan sengaja oleh orang
dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha
yang dijalankan seseorang atau kelompok
lain agar menjadi dewasa untuk mencapai
tingkat hidup atau penghidupam lebih tinggi dalam arti mental. Dalam
perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie, berarti bimbingan atau
pertolongan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok lain agar menjadi dewasa untuk mencapai tingkat hidup atau penghidupam
lebih tinggi dalam arti mental. Sedangkan karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas, adalah
bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat
tabiat, temperamen dan watak, sementara itu, yang disebut dengan berkarakter ialah
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak.
Pendidikan karakter menurut Thomas
Lickona (1991) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui
pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seserorang
yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang
lain, kerja keras, dan sebagainya.
Definisi pendidikan karakter
selanjutnya dikemukakan oleh elkind dan
sweet (2004). “Character education is the deliberate esffort to help people understand, care about, and
act upon caore ethical values. When we think about the kind of character we
want for our children, it is clear that we want them to be able tu judge what
is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be
right, even in the face of pressure from without and temptation from within”
Para pakar pendidikan pada umumnya
sependapat tenting pentingnya upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur
pendidikan formal. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat diantara
mereka tentang pendekatan dari modus
pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar menyarankan
penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di Negara-negara
barat, seperti : pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis
nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan
penggunaan pendekatan tradisional, yaitu melalui penanaman nilai-nilai social
tertentu.
Berdasarkan grand desain yang dikembangkan
kemendiknas, secara psikologis social cultural pembentukan karakter dalam diri
individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif,
afektif, konatif dan psikomotorik) dari konteks interaksi social cultural
(dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang
hayat.Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses psikologis dan social cultural tersebut dapat
dikelompokan dalam: olah hati, olah piker, olah raga dan kinestetik, serta olah
rasa dan karsa, keempat hal tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, bahkan
saling melengkapi dan saling keterkaitan. Pengkategorikan nilai didasarkan pada
pertimbangan bahwa pada hakikatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan fungsi toalitas
psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afekti dan
psikomotorik) dan fungsi totalitas social-kultural dalam konteks interaksi
(dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang
hayat.
Jadi, Pendidikan karakter adalah sebuah
system yang menanamkan nilai-nilai
karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran
individu, tekad, srta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan
nlai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
linkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insane kamil.
C. Fungsi
Dan Tujuan Pendidikan Karakter
Dalam TAP MPR No. II/MPR/1993,
disebutkan bahwa pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju, tanggunh, cerdas, kreatif,
terampil, berdisiplin, beretos kerja profesional, serta sehat jasmani rohani.
Berangkat dari hal tersebut diatas, secara formal upaya menyiapkan kondisi,
sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada
pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa memiliki landasan
yuridis yang kuat. Namun, sinyal tersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlak
yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali juga pada anak-anak
usia sekolah. Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut
mulai dirintis melalui Pendidikan Karakter bangsa.
Dalam pemberian Pendidikan Karakter bangsa
di sekolah, para pakar berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat yang
berkembang. Pertama, bahwa Pendidikan Karakter bangsa diberikan berdiri sendiri
sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, Pendidikan Karakter bangsa
diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran PKN, pendidikan agama, dan
mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, Pendidikan Karakter bangsa
terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.
Pendidikan karakter bertujuan untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah
pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi
serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud
dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan
karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya
sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan
masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau
watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Pendidikan karakter bertujuan
sebagai berikut;
1. Membentuk
Manusia Indonesia yang Bermoral
Persoalan moral merupakan masalah serius
yang menimpa bangsa Indonesia. Setiap saat, masyarakat dihadapkan pada kenyataan
merebaknya dekadensi moral yang menimpa kaum remaja, pelajar, masyarakat pada
umumnya , bahkan para pejabat pemerintah. Ciri yang paling kentara tentang terjadinya dekadensi moral di tengah-tengah masyarakat antara lain
merebaknya aksi-aksi kekerasan, tawuran massa, pembunuhan, pemerkosaan,
perilaku yang menjurus pada pornografi dsb. Dalam dunia pemerintahan, fenomena
dekadensi moral juga tidak kalah santernya, misalnya perilaku ketidakjujuran,
korupsi dan tindakan-tindakan manipulasi lainnya. Problem moral seperti ini
jelas meresahkan semua kalangan. Ironisnya, maraknya aksi-aksi tidak bermoral
tersebut justru banyak dilakukakan oleh kalangan terdidik. Dan, hal itu terjadi
saat bangsa Indonesia sudah memiliki ribuan lembaga pendidikan yang tersebar di
berbagai tempat. Maka, tidak heran bila banyak para pegawai yang mempertanyakan
fungsi lembaga pendidikan jika sekedar
mengutamakan nilai, namun mengabaikan etika dan moral. Dengan demikian bisa
dipahami jika tuntutan diselenggarakannya pendidikan karakter semakin santer
dibicarakan dengan tujuan agar generasi masa depa menjadi sosok manusia yang
berkarakter, yang mampu berperilaku positif dalam segala hal.
2. Membentuk
Manusia Indonesi yang Cerdas dan Rasional
Pendidikan karakter tidak hanya bertujuan
membentuk manusia Indonesia yang bermoral, beretika dan berakhlak, melainkan
juga membentuk manusia yang cerds dan rasional, mengambil keputusan yang tepat,
serta cerdas dalam memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Kecerdasan dalam
memanfaakan potensi diri dan bersikap
rasional merupakan cirri orang yang
berkepribadian dan berkarakter. Inilah yang dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini, yakni tatanan masyarakat yang
cerdas dan rasional. Berbagai tindakan destruktif dan tidak moral dan sering kali dilakukan oleh masyarakat Indonesia belakangan ini
menunjukkan adanya kecenderungan bahwa
masyarakat sudah tidak memoerdulikan
lagi rasional dan dan kecerdasan mereka dalam bertindak dan mengambil
keputusan. Akibatnya, mereka seringkali terjerumus ke dalam perilaku yang
cenderung merusak, baik merusak lingkungan maupun diri sendiri, terutama
karakter dan kepribadian. Upaya yang perlu dilakukan agar masyarakat mampu
memanfaatkan kecerdasan dan rasionalitas
dalam bertindak adalah menanamkan nilai-nilai kepribadian tersebut pada
generasi masa depan sejak dini. Para peserta didik merupakan harapan kita. Oleh karena itu,
mereka harus dibekali pendidikan karakter sejak sekarang agar generasi masa
depan indonesi tidak lagi menjadi generasi yang irasional dan tak berkarakter.
3. Membentuk
Manusia Indonesia yang Inovatif dan Suka Bekerja Keras Pendidikan karakter merupakan pendidikan
nilai yang diselenggarakan untuk
menanamkan semangat suka bekerja keras, disiplin, kreatif, dan inovatif pada
diri peserta didik, yang diharapkan akan mengakar menjadi karakter dan
kepribadiannya. Oleh karena itu, pendidikan karakter bertujuan mencetak
generasi bangsa agar tumbuh menjadi pribadi yang inovatif dan mau bekerja
keras. Saat ini, sikap kurang bekerja keras dan tidak kreatif merupakan
masalah yang menyebabkan bangsa Indonesia jauh tertinggal dari Negara-negara lain. Padahal, setiap tahun, lembaga pendidikan sudah
meluluskan ribuan peserta didik dengan rata-rata nilai yang tinggi. Dari
sinilah timbul suatu pertanyaan, mengapa tidak ada korelasi yang jelas antara
tingginya nilai yang diperoleh peserta didik dengan sikap keatif, inovatif, dan
kerja keras, sehingga bangsa Indonesia tetap jauh tertinggal dalam kancah
internasional. Disisi lain, kita juga sering menemukan fakta bahwa tidak
sedikit orang Indonesia yang cerdas sekaligus memiliki potensi dan kreatif,
namun mereka justru tidak dimanfaatkan oleh pemerintah. Hidup mereka
terpinggirkan dan tersisihkan. Potensi mereka terbuang percuma, sehingga
nilai-nilai pendidikan yang mereka peroleh seakan tidak berguna sama sekali. Tak hanya itu ,
pemerintah juga seolah-olah lebih mementingkan partisipasi politik untuk
ditetapkan pada pos-pos tertentu. Dengan demikian, yang menjadi pertimbangan
pemerintah adalah kader politk, bukan sosok yang benar berkualitas dan
berkompeten secara moral dan intelektual. Nah dengan adanya pendidikan karakter, diharapkan para
peserta didik dan generasi mudah kita memiliki semangat juang yang besar, serta
bersedia bekerja keras sekaligus inovatif dalam mengelolah potensi mereka.
Sehingga mereka dapat menjadi bibibibit manusia yang unggul pada masa depan.
4. Membentuk
Manusia Indonesia yang optimis dan Percaya Diri
Sikap optimis dan percaya diri merupakan
sikap yang harus ditanamkan kepada peserta didik sejak dini. Kurangnya sikap optimis dan percaya diri
menjadi factor yang menjadikan bangsa Indonesia kehilangan semangat utuk dapat bersaing menciptakan kemajuan
disegala bidang. Pada masa depan, tentu
saja kita akan semakin membutuhkan sosok-sosok yang selalu optimis dan penuh
percaya diri dalam menghadapi berbagai situasi. Dan, hal itu terwujud apabila
tidak ada upaya untuk menanamkan kedua sikap tersebut kepada generasi penerus
sejak dini. Penyelenggaraan pendidikan karakter merupakan salah satu langkah
yang sangat tepat untuk membentuk kepribadian peserta didik menjadi pribadi
yang optimis dan percaya diri. Sejak sekarang, peserta didik tidak hanya
diarahkan untuk sekedar mengejar nilai namun juga membekalinya dengan wawasan
mengenai cara berperilaku di tengah-tengah lingkungan, keluarga dan masyarakat
5. Membentuk
Manusia Indonesia yang Berjiwa Patriot
Salah satu prinsip yang dimiliki konsep
pendidikan karakter adalah terbinanya sikap cinta tanah air. Hal yang paling
inti dari sikap ini adalah kerelaan untuk berjuang, berkorban serta kesiapan
diri dalam memberikan bantuan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Harus kita
akui bahwa sikap tolong-menolong dan semangat juang untuk saling meberikan
bantuan sudah semakin luntur dari
kehidupan masyarakat. Sikap kepedulian yang semula merupakan hal yang paling
kita banggakan sepertinya sudah tergantikan dengan tumbuh sumburnya sikap-sikap
individualis dan egois. Kepekaan social pun sudah berada pada taraf yang
meprihatinkan. Maka tidak heran bila
setiap saat kita menyaksikan masalah-masalah social yang terjadi di lingkungan
kita , yang salah satu factor penyebabnya adalah terkikisnya rasa kepedulian
satu sama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar