Jumat, 06 Januari 2017

Paradigma Pendidikan



Nama   : Rima Farida
Nim     :14-03000358-31

Paradigma Pendidikan
A.  Pengertian Paradigma Pendidikan
       Kata Paradigma dalam bahasa Inggris adalah "paradigm" yang berarti “model”. Sedangkan Barker menyatakan bahwa kata "paradigma" berasal dari bahasa Yunani yaitu "Paradeigma", yang juga berarti model, pola, dan contoh. Menurut istilah, Adam Smith mendefinisikan paradigma sebagai cara kita memahami kehidupan, seperti air bagi ikan. William Harmon menulis bahwa paradigma adalah cara yang mendasar dalam memahami, berfikir, menilai, dan cara mengerjakan sesuatu yang digabungkan dengan visi tentang kehidupan tertentu.
       Sedangkan Barker sendiri mendifinisikan paradigma sebagai seperangkat peraturan dan ketentuan (tertulis maupun tidak) yang melakukan dua hal yaitu  dia menciptakan atau menentukan batas-batas dan  dia menjelaskan kepada anda cara untuk berperilaku di dalam batas-batas tersebut agar menjadi orang yang berhasil. Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, tampaklah bahwa paradigma adalah cara dan pola yang mendasari pemahaman, penilaian, peraturan, dan pedoman dalam mengerjakan sesuatu. Jadi, "paradigma baru" berarti cara atau pola baru dalam melakukan sesuatu. Paradigma ilmu dirumuskan oleh Kuhn sebagai kerangka teoritis, atau suatu cara memandang dan memahami alam, yang telah digunakan oleh komunitas ilmuwan sebagai pandangan dunianya. Paradigma ilmu ini berfungsi sebagai lensa, sehingga melalui lensa ini para ilmuwan dapat mengamati dan memahami masalah-masalah ilmiah dalam bidang masing-masing dan jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah tersebut.
       Paradigma diartikan sebagai alam disiplin intelektual, yaitu cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan memengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktek yang diterapkan dalam memandang realitas kepada sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektul. Sehingga paradigma pendidikan adalah suatu cara memandang dan memahami pendidikan, dan dari sudut pandang ini kita mengamati dan memahami masalah-masalah pendidikan yang dihadapi dan mencari cara mengatasi permasalahan tersebut.
B.  Macam-Macam Paradigma Pendidikan
Macam-Macam Paradigma Pendidikan adalah sebagaiberikut :
1.      Paradigma Behavioristik Dalam Pendidikan
       Dalam dunia pendidikan selama ini dikenal paradigma klasik yang disebut paradigma behavioristik.  Paradigma ini muncul terutama pada tahun 1930-an. Paradigma ini dipelopori oleh Pavlov (1849-1936), Watson (1878-1958), Skinner dan Thorndike (1874-1949).Paradigma ini cukup berpengaruh dalam dunia pendidikan sampai pada tahun 1960-1970-an di barat dan bahkan sampai 1990-an di Indonesia. Paradigma behavioristik atau perilaku sosial ini dapat dilihat dalam berbagai bentuk pengembangan menejemen pendidikan yang mendasarkan pada pemikiran positivisme, empirisme, teknokrasi dan manajerialisme. Ia merupakan reaksi terhadap model pmbelajaran sebelumnya yang menganut perspektif gcstalt yang memfokuskan pada cara kerja pemikiran kognitif. Perspektif yang dikembangkam oleh Piaget dan Vygotsky ini dianggap oleh penganut paradigma behavioristik memiliki kelemahan karena tidak memfokuskan langsung kepada gerakan-gerakan tubuh dan gejala internal tubuh yang bisa diamati. Pavlov menunjukan hubungan yang simple antara stimulus dan respon dalam pengajaran untuk membentuk perilaku organisme.
      Sementara itu Watson (1878-1958) yang memperkenalkan istilah
behaviorisme mengembangkan gagasannya berdasarkan apa yang di rintis Pavlov. Ia mengembangkan pemikiran bahwa bentuk substitusi satu stimulus terhadap yang lain. Hal ini di lakukan dengan asumsi bahwa cara berfikir manusia mekanistik, dan bukan merupakan proses kerja mental.
       Thorndike (1913-1931) banyak memberi sumbangan pengembangan paradigma behavioris dengan mengeksplorasi dampak perilaku tertentu terhadap perilaku tetentu lainnya. Temuannya menghasilkan rumus yang berlaku secara umum yang disebut dengan hukum pengarih (law of effect). Dalam hukum pengaruh ini dikatakan bahwa respon kuat akan diberikan apabila situasi dibuat menyenangkan tetapi respon lemah jika situasi tidak menyenanglan. Implikasinya tindakan yang menghasilkan hal yang menyenangkan akan cenderung diulang dengan menggunakan lingkungan dan cara yang sama. Hukum pengaruh inilah yang dijadikan sebagai batu pijakan dalam tindakan.
        Menurut teori ini lingkungan pembelajaran merupakan faktor yang amat menentukan. Pembelajaran dilihat sebagai pembentukan respon berdasarkan stimulus dari luar. Hadiah dan sangsi  merupakan cara-cara yang diaggap sangat efektif untuk membentuk dan mengembangkan bakat.
Paradigma ini tidak menempatkan segala sesuatu pikiran, intelegensia, ego dan berbagai bentuk rasa perorangan yang tak dapat dijelaskan sebagai sesuatu yang diperhitungkan. Mereka berpandangan ‘tidak ada hantu dalam sebuah mesin.’ Meskipun mereka mengakui adanya kesadaran dan pemikiran manusia. Namun hal itu bukan merupakan faktor yang harus diperhitungkan dalam menyusun strategi pembelajaran. Dalam hal menyusun pembelajaran, mereka merasa cukup dengan segala sesuatu yang dapat diamati (observable). Dari pemikiran ini, maka prestasi pembelajaran sering diartikan sebagai akumulasi dari berbagai skill, pembuatan memori terhadap berbagai fakta dalam wilayah dan kerangka pengetahuan tertentu. Kesemua itu kemudian membentuk kebiasaan yang memungkinkan dapat menampilkan hasil dengan cepat.
       Guna menerapkan paradigma behaviouristic yang juga sering disebut sebagai perspektif Skinnerian ini guru harus merumuskan tujuan pembelajaran tertentu dalam karangan pembelajaran behaviouristic. Selanjutnya guna menyusun tahapan-tahapan pembelajaran tersebut secara hirarkis sehingga pada akhirnya sampai pada tujuan tersebut. Sementara itu siswa ditempatkan pada situasi yang kondusif untuk mencapai pembentukan perilaku tertentu.
2.      Paradigma Kontruktivistik Dalam Pendidikan
       Paradigma konstruktutivistik beakar pada filsafat homanisme dan fenomenologi. Namun dalam perkembangnanya, paradigma ini juga mengambil sejumlah gagasan yang di kembangkan oleh filsafat rasionalisme dan bahkan juga positivisme, meskipun tidak sedominan seperti dalam paradigma behavioristik. Paradigma konstruktivistik ini di kembangkan oleh Chomsky dalam Linguistik, Sinom dalam computer scientists, dan Bruner dalam pengetahuan kognitif dan belakangan beralih ke pendekatan sosial budaya. Dalam pendidikan dikaitkan dengan nama-nama seperti Piaget dan Vygotsky. Ahli psikoanalisis juga bergabung denga pradigma ini dan menambah perspektif ini menjadi lebih kaya, sehingga kemudian popularitas paradigma ini menggeser popularitas paradigma behaviolistik pada tahun 1960-an.
       Paradigma konstruktivisme merupakan suatu tuntutan baru di tengah terjadinya perubahan besar dalam mamaknai proses pendidikan dan pembelajaran. Pergeseran paradigma pembelajran yang sebelumnya lebih menitikberatkan pada peran guru, fasilitator, instruktur yang demikian besar, dalam perjalanannya semakin bergeser pada pemberdayaan peserta didik atau siswa dalam mengambil inisiatif dan partisipasi di dalam kegiatan belajar. Dalam kajian filsafat, berkembangnya konstruktivisme tidak terlepas dari perubahan pandangan yang cukup lama yang menempatkan pengetahuan sebagai representasi( gambaran atau ungkapan) kenyataan dunia yang terlepas dari pengamatan (objektivisme). Pandangan yang menganggap bahwa pengetahuan merupakan kumpulan fakta. Namun akhir-akhir ini berkembang pesat pemikiran, terlebih dalam bidang sains yang menempatkan bahwa pengetahuan tidak terlepas dari subjek yang sedang belajar mengerti.
3.      Paradigma Sosial Kognitif Dalam Pendidikan
       Bredo (1997) mengembangkan paradigma ini dengan memanfaatkan psikologi fungsional dan filsafat pragmatisme dari karya James, Deway dan Mead. Ia juga mengaitka dengan nilai – nilai demokratik serta pemikiran behavioristik. Asumsi dasarnya dibangun berdasarkan prinsip bahwa individu selalu berdialog dengan lingkungannya. Dalam paradigma social kognitif, pembelajaran disetting sedemian rupa sehingga siswa bisa menggunakan sistem pengetahuan yang dimlikinya dan digunakan untuk berdialog dengan lingkungan. Pembelajaran atau pemikiran dilakukan melalui tindakan yang bisa mengubah situasi. Situasi yang berubah mengubah cara pembelajaran yang dilakukan siswa. Gagasan yang terpenting dalam hal ini adalah bahwa pembelajaran adalah aktifitas yang difasilitasi yang didalamnya terdapat bentuk – bentuk ragam budaya yang ada menjadi faktor penting.
       Dengan demikian pembelajaran dalam perspektif ini dapat diartikan sebagai aktifitas sosial dan kolaborasi. Didalamnya siswa mengembangkan pemikirannya bersama – sama. Kelompok kerja bukan soal pilihan tambahan. Pembelajaran dilakukan secara parsipatoris. Apa yang dipelajari bukan hanya yang dimiliki individu namun sesuatu yang bisa dibagikan dengan orang lain, dan oleh karena itu paradigma ini disebut dengan ‘distributed cognition’ pemikiran yang terbagikan



Perbedaan Isi Kurikulum 2013 dengan KTSP 2006



Nama : Rima Farida
Nim     :14-03000358-31

Perbedaan Isi Kurikulum 2013 dengan KTSP 2006
Pengertian Kurikulum
            Secara konseptual, kurikulum merupakan suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsanya. Kurikulum harus menjamin pemberdayaan siswa pada semua aspek kompetensi, yang memungkinkan siswa siap menjadi warga masyarakat yang bermutu.  Oleh pihak sekolah, pemberdayaan siswa dilakukan dengan segala cara, menata proses pembelajaran sesuai situasi dan lingkungannya. Pikiran ini sebenarnya telah diakomodir oleh KTSP selama ini. Romine (dalam Hamalik, 2010:18) menyatakan:
“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not”
            Jadi, kurikulum diinterpretasikan untuk ‘mengorganisasikan’ semua pelajaran, aktivitas, dan pengalaman siswa di bawah arahan pihak sekolah, entah di dalam kelas atau di luar kelas. Di sini, guru memiliki peran sangat vital dalam menata proses pembelajaran.
            Standar Proses KTSP diatur dalam Permendiknas No 41 Tahun 2007, sedangkan standar proses Kurikulum 2013 diatur dalam Permendikbud No 65 Tahun 2013. Kedua peraturan menteri ini masing-masing menjadi dasar hukum pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Dalam hal ini, dengan berlakunya Permendikbud No 65 Tahun 2013 maka Permendiknas No 41 Tahun 2007 dinyatakan tidak berlaku lagi. Pada Permendikbud No 65 Tahun 2013 pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar Proses, merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mencapai kompetensi lulusan.
            Mengenai inovasi kurikulum 2013, menarik untuk dikaji apakah Permendiknas No 41 Tahun 2007 pantas diubah karena memiliki banyak kekurangan ataukah malah sebaliknya. Karena dalam edaran Bahan Uji Publik Kurikulum 2013, disebutkan bahwa ada empat elemen perubahan dari KTSP 2006 ke kurikulum 2013, yaitu (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar penilaian dan (4) standar kompetensi lulusan. Sehingga perlu bagi kita untuk mengkaji mengenai perbedaan esensial antara kurikulum 2013 dengan KTSP 2006.

Berikut ini adalah perbedaan isi kurikulum 2013 dan KTSP 2006:
No
Kurikulum 2013
KTSP
1
SKL  (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013
Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006
2
Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
lebih menekankan pada aspek pengetahuan
3
di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI
di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III
4
Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP
Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013
5
Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.
Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
6
TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran
TIK sebagai mata pelajaran
7
Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan
8
Pramuka menjadi ekstrakuler wajib
Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib
9
Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA
Penjurusan mulai kelas XI
10
BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa
BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa



Laporan tentang Menentukan Ph Larutan Dan Menentukan Indikator Asam-Basa



KATA PENGANTAR
       Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan hasil uji percobaan untuk ”Menentukan Ph Larutan Dan Menentukan Indikator  Asam-Basa” yang kami buat dalam bentuk laporan.
       Laporan hasil uji percobaan ini untuk Menentukan Ph Larutan Dan Menentukan Indikator  Asam-Basa yang telah kami lakukan dalam pembuatan laporan ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai sumber, seperti beberapa buku dan jurnal sehingga dapat membantu saya dalam pembuatan laporan ini.
       Saya menyadari sepenuhnya bahwa ada banyak kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran sehingga saya dapat memperbaiki untuk pembuatan laporan selanjutnya.
       Akhir kata saya menggucapkan terima kasih semoga laporan ini bermanfaat bagi kita pembaca. Kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk kesempurnaan laporan selanjutnya.

   Penulis


Rima Farida

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
  1. Pendahuluan
  2. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
  1. Pengertian Indikator
  2. Pengertian Asam
  3. Pengertian Basa
BAB III METODOLOGI
BAB IV PEMBAHASAN
  1. Hasil
1.    Data Pengamatan Menentuan pH LARUTAN
2.    Data Pengamatan Indikator Asam Basa
  1. Pembahasan
1.    Pengamatan Menentukan pH Larutan
2.    Pengamatan Indikator Asam Basa
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
Daftar Pustaka


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Asam dan basa merupakan dua senyawa kimia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum, zat-zat yang berasa masam mengandung asam, misalnya asam sitrat pada jeruk, asam cuka pada cuka makanan, serta asam benzoat yang digunakan sebagai pengawet makanan. Basa merupakan senyawa yang mempunyai sifat licin, rasanya pahit, dan jenis basa tertentu bersifat caustic atau membakar, misalnya natrium hidroksida, atau soda api. Senyawa asam mempunyai rasa asam yang masam sedangkan senywa basa mempunyai rasa yang pahit. Akan tetapi kita tidak boleh mencicipi rasa dari suatu zat kimia., karena ada beberapa yang mengandung racun.oleh karena itu untuk menguji sifat asam basa larutan kita dapat menggunakan alat bantu berupa kertas lakmus, indikator universal dan beberapa indikator alami seperti ekstrak bunga kembang sepatu, kunyit, buah naga dan daun pandan.
Asam dan Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pH merupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan netral pH nya 7. Dalam kehidupan sehari – hari, senyawa asam dan basa dapat dengan mudah kita temukan. Mulai dari makanan, minuman dan beberapa produk rumah tangga yang mengandung basa. Contohnya sabun, deterjen, dan pembersih peralatan rumah tangga.
       Indikator adalah suatu senyawa yang dapat memberikan warna berbeda dalam suasana yang berbeda, misalnya lakmus yang dalam suasana asam berwarna merah sedangkan dalam suasana basa berwarna biru. Dengan indikator, kita dapat menentukan suatu larutan bersifat asam, basa, atau netral. Dengan indikator universal kita dapat menentukan pH suatu larutan. Indikator universal adalah campuran dari beberapa macam indikator yang telah distandarisasi warnanya pada pH 0-14. Oleh karena itu, dengan mencocokkan warna indikator universal dalam suatu larutan dengan warna standart, kita dapat memperkirakan pH larutan tersebut.

B.  Tujuan
1.      Membuat indikator asam dan basa dari alam
  1. Mengatahui sifat asam dan basa suatu larutan
3.      Mengetahui PH larutan menggunakan indikator universal/pH meter
  1. Mengamati perubahan warna indikator alami pada larutan asam dan basa

BAB II
LANDASAN TEORI

A.  Pengertian Indikator
       Indikator adalah suatu senyawa yang dapat memberikan warna berbeda dalam suasana yang berbeda, misalnya lakmus yang dalam suasana asam berwarna merah sedangkan dalam suasana basa berwarna biru.
Dengan indikator, kita dapat menentukan suatu larutan bersifat asam, basa, atau netral. Dengan indikator universal kita dapat menentukan pH suatu larutan. Indikator universal adalah campuran dari beberapa macam indikator yang telah distandarisasi warnanya pada pH 0-14. Oleh karena itu, dengan mencocokkan warna indikator universal dalam suatu larutan dengan warna standart, kita dapat memperkirakan pH larutan tersebut.
Warna indikator berubah secara gradual. Indikator lakmus berwarna merah dalam larutan yang memiliki  pH sampai dengan 5,5 dan berwarna biru dalam larutan yang memiliki pH lebih dari 8, sedangkan dalam larutan yang pH-nya antara 5,5-8, warna lakmus adalah kombinasi dari kedua warna tersebut, yaitu berubah dari merah menjadi ungu kemudian menjadi biru. Batas-batas pH ketika indikator mengalami perubahan warna, kita sebut dengan trayek perubahan warna indikator, dan dengan memperhatikan trayek pH perubahan warna indikator tersebut, kita dapat memperkirakan harga pH suatu larutan.
Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier secara keliru berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam sebagai zat mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada asam-asam okso dan karena is tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asamasam halida, HCI, HBr, dan HI. Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani yaitu oxus (asam) dan gennan (menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk asam”. Setelah unsur klorin, bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam – asam halida ditemukan oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810, definisi oleh Lavoisier tersebut kemudian ditinggalkan. Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk Humphry Davy berkeyakinan bahwa semua asam mengandung hidrogen. Setelah itu pada tahun 1884, ahli kimia Swedia yang bernama Svante August Arrhenius dengan menggunakan landasan ini, mengemukakan teori ion dan kemudian merumuskan pengertian asam. Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan sehingga sifat asam dan basa dihilangkan.
B.  Pengertian Asam
       Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat
 Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:
1.      masam ketika dilarutkan dalam air.
2.      asam terasa menyengat bila disentuh, dan dapat merusak kulit.
3.      asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam.
4.      walaupun tidak selalu ionik merupakan cairan elektrolit.
Basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara kimia, asam dan basa saling berlawanan. Basa yang larut dalam air disebut alkali. Jika zat asam menghasilkan ion hidrogen (H+) yang bermuatan positif, maka dalam hal ini basa mempunyai arti bahwa ketika suatu senyawa basa di larutkan ke dalam air, maka akan terbentuk ion hidroksida (OH-) dan ion positif menurut reaksi sebagai berikut. Ion hidroksida (OH-) terbentuk karena senyawa hidroksida (OH) mengikat satu elektron saat dimasukkan ke dalam air.      
 Secara umum, basa memiliki sifat sebagai berikut:
1.    Kaustik
2.    Rasanya pahit
3.    Licin seperti sabun
4.    Nilai pH lebih dari air suling
5.    Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
6.    Dapat menghantarkan arus listrik
Menurut Purba , M (169, 172, 195) menyebutkan:  
“Pada istilah asam (acid) berasal dari bahasa latin  “Acetum’’ Yang berarti cuka, karena diketahui zat utama dalam cuka adalah asam asetat. Adapun basa (alkali) berasal dari bahasa arab yang berarti abu. Contohnya pada jeruk yang mengandung asam sitrat. Pada lambung manusia juga mengandung klorida yang berguna untuk membunuh kuman yang masuk dalam tubuh . ada juga beberapa produk rumah tangga yang mengandung senyawa basa . contohnya sabun mandi, detergen,  dan pembersih peralatan rumah tangga. Pada bahan-bahan pembersih tersebut mengandung senyawa basa seperti natrium hidroksida , dan kalium hidroksida.”
1.    Menurut Arrhenius,
Asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+. Dengan kata lain, pembawa sifat asam adalah ion H+
Menurut Arrhenius pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidrogen (atau ion hidronium, H3O+) sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidronium (H3O+).

2.    Menurut Bronsted dan Lowry,
Asam adalah spesi yang member proton pada suatu reaksi pemindahan proton.
Di tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus BrΦnsted (1879-1947) dan kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara independen mengusulkan teori asam basa baru, yang ternyata lebih umum.
asam: zat yang mendonorkan proton (H+) pada zat lain
basa : zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.
       Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi asam basa, yakni
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai asam.

C.  Basa
       Basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara kimia, asam dan basa saling berlawanan. Basa yang larut dalam air disebut alkali. Jika zat asam menghasilkan ion hidrogen (H+) yang bermuatan positif, maka dalam hal ini basa mempunyai arti bahwa ketika suatu senyawa basa di larutkan ke dalam air, maka akan terbentuk ion hidroksida (OH-) dan ion positif menurut reaksi sebagai berikut. Ion hidroksida (OH-) terbentuk karena senyawa hidroksida (OH) mengikat satu elektron saat dimasukkan ke dalam air.      
 Secara umum, basa memiliki sifat sebagai berikut:
1.    Kaustik
2.    Rasanya pahit
3.    Licin seperti sabun
4.    Nilai pH lebih dari air suling
5.    Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
6.    Dapat menghantarkan arus listrik
Menurut para ahli pengertian basa adalah sebagai berikut:
a.     Menurut Arrhenius,
 “Basa adalah senyawa yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-). Jadi pembawa sifat basa adalah ion OH-.”
Basa yaitu zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.
Reaksi keseluruhannya :
Secara umum :  Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+ dan OH–.

b.    Menurut Bronsted dan Lowry,
“Basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu reaksi pemindahan proton” Menurut teori Bronsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl + H2O → Cl– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton pindah dari asam tersebut.
Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton ditambahkan ke basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl– juga disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2– bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32– dan H2O, yang pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya membentuk pasangan asam basa konjugat.
H2O + CO32– → OH– + HCO3–
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air adalah zat amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida
adalah contoh reaksi zat amfoter
H2O + H2O → OH– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
C.    Konsep Asam-Basa
Konsep Asam-Basa menurut Bronsted dan Lowry
1.    Konsep Asam-Basa dari Bronsted dan Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.
2.    Asam dan basa dari Bronsted dan Lowry tidak hanya berupa molekul tetapi dapat juga berupa kation dan anion. Konsep asam-basa dari Brosted Lowry dapat menjelaskan, misalnya, sifat asam dari NH4Cl.(Purba,M.hal196

       Purba,M (170) menyebutkan:
“Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting .Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal berbagai zat yang kita golongan sebagai asam, misalnya asam cuka , asam sitrun, asam jawa, asam belimbing, serta “asam lambung”.
       Salah satu sifat asam basa adalah ,rasanya masam. Kita juga mengenal berberbagai zat yang kita kenal. basa, misalnya: kapur sirih, kaustik soda,air sabun,dan air abu.Salah satu sifat basa adalah dapat melarut kan lemak. (muhtaridi & justiana,S, hal.)
     Kekuatan Asam dan Basa
Pada dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada konsentrasi ion H+ dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion H+ makin asam larutan tersebut. Umumnya konsentrasi ion H+ sangat kecil, sehingga untuk menyederhanakan penulisan, seorang kimiawan dari Denmark bernama Sorrensen mengusulkan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama dengan negatif logaritma konsentrasi ion H+ dan secara matematika diungkapkan dengan persamaan :

1.    Derajat keasaman (pH) 
Untuk air murni pada temperatur 25 °C :
[H+] = [OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga pH air murni = – log 10-7 = 7.
Jika pH = 7, maka  larutan bersifat netral
Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam
Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa
Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14
2.    Asam Kuat
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Untuk menyatakan derajat  keasamannya, dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.

3.    Asam Lemah
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya,    α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat). Penghitungan derajat keasaman dilakukan dengan menghitung konsentrasi [H+] terlebih dahulu dengan rumus :
di mana, Ca = konsentrasi asam lemah
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
4.    Basa Kuat
Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH dari konsentrasi basanya.

5.    Basa lemah
Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya,    α  ≠ 1, (0 <  α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH– tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat), akan tetapi harus dihitung dengan menggunakan rumus :
di mana, Cb = konsentrasi basa lemah
Kb = tetapan ionisasi basa lemah

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.  Waktu dan Tempat
Waktu    : Kami melakukan pratikum ini pada hari jumat, 17 Juni  2016 pada
  pukul 09.00 – selesai WIB
Tempat  : Laboratorium Universitas Kapuas Sintang
B.  Alat dan Bahan
Alat       : Gelas Ukur, Mortar, Erlemeyer, Botol Vial, Ember, Pipet Tetes, 
       Spons, Karter., Indikator Universal, Tisu, Label, spatula.
    Bahan yang di guanakan adalah sbb :
Kelompok 1:                                  
1.    Aquades
2.    Kembang sepatu
3.    cuka
Kelompok 2:
1.    Aquades
2.    kunyit
3.    kapur
Kelompok 3:
1.    Aquades
2.    Buah naga
3.    Sabun surya
Kelompok 4:
1.    Aquades
2.    Daun pandan
3.    Jeruk sambal

C.  Cara Kerja
1.    Menentukan ph larutan:
a.    Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.    Sebelum membuat indikator asam dan basa terlebih dahulu kita membuat larutan untuk menentukan pH larutan.
c.    Seperti membuat larutan cuka, air kapur, air jeruk, dan air sabun.  
d.   Tambahkan air pada masing-masing larutan dan aduk menggunakan spatula
e.    Gunakan tabung erlemeyer untuk menempatkan larutan-larutan yang tersedia.
f.       Larutan-larutan yang tersedia di uji menggunakan indikator universal
g.    Catatlah besar ph dan tentukan sifat larutan tersebut

2.    Menentukan Indikator Asam Dan Basa:
a.    Potong atau mengiris setiap bahan yang digunakan seperti kembang sepatu, kunyit,  buah naga, daun pandan dengan menggunakan cutter
b.    Kemudian masukkan kedalam mortar dan tumbuk atau digiling menjadi halus, tambahkan  air  aquades secukupnya
c.    Setelah selesai pembuatan ekstraknya
d.   masukan ekstraknya kedalam tabung vial kira-kira 2 tetes dengan meggunakan pipet tetes
Tabung 1: cuka                                 Tabung 3: air jeruk sambal
Tabung 2: air kapur                           Tabung 4: air sabun surya
e.        Guncangkan tabung kemudian amati perubahan warna yang terjadi
f.        Pipetkan pada pada hal yang sama pada bunga kembang sepatu, kunyit, buah naga, kunyit dan daun pandan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil
1.      Pengamatan menentukan pH Larutan
Larutan
pH indikator universal
Sifat larutan
Cuka Makan 5 %
2
Asam
Air Kapur Sirih
14
Basa
Air Jeruk
1
Asam
Air Sabun
9
Basa




2.      Data Pengamatan Indikator Asam Basa
Warna sampel
Nama sampel
Warna ekstrak sampel
Warna ekstrak sampel + cuka
Warna ekstrak sampel+ air kapur
Warna ekstrak sampel + air jeruk
Warna ekstrak sampel + air sabun
Merah


Bunga Kembang Sepatu
Merah
Merah Cerah
Hijau
Merah Cerah
Hitam
Kuning

Kunyit
Kuning Pekat
Orang
Coklat Muda
Orange
Coklat Tua
Merah Marun
Buah Naga
Pink Pekat
Pink Muda
Kuning
Pink Muda
Ungu
Hijau

Pandan
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau



B.  Pembahasan
1.      Pengamatan menentukan pH Larutan
       Berdasarkan data pengamatan yang menentukan pH Larutan, bahwa pH Larutan pada cuka,  kapur sirih, air jeruk dan air sabun memiliki pH Larutan berbeda dan sifat larutan yang berbeda. Pada cuka memiliki pH Larutan 2 memiliki sifat asam, pada larutan air kapur sirih memiliki pH Larutan 14 memiliki sifat basa, pada larutan air jeruk memiliki pH Larutan 1 memiliki sifat asam, dan pada larutan air sabun memiliki pH Larutan 9 memiliki sifat basa.

2.      Pengamatan Indikator Asam Basa
       Berdasarkan data pengamatan yang menetukan indikator asam dan basa dengan menggunakan ekstrak bunga kembang sepatu, kunyit, buah naga dan daun pandan yang dicampurkan dengan larutan cuka, air kapur sirih, air jeruk, dan air sabun di dapatkan  hasil pengamatan sbb :
a.       Pada ekstrak bunga kembang sepatu memiliki warna sampelnya merah, apabila ekstrak bunga kembang sepatu dicampurkan dengan larutan cuka menghasilkan warna merah cerah, apabila ekstrak bunga kembang sepatu dicampurkan dengan larutan air kapur sirih menghasilkan warna hijau, apabila ekstrak bunga kembang sepatu dicampurkan dengan larutan air jeruk menghasilkan warna merah cerah, sedangkan ekstrak bunga kembang sepatu dicampurkan dengan larutan air sabun menghasilkan warna hitam.
b.      Pada ekstrak kunyit memiliki warna sampelnya kuning pekat, apabila ekstrak kunyit dicampurkan dengan larutan cuka menghasilkan warna orange, apabila ekstrak kunyit dicampurkan dengan larutan air kapur sirih menghasilkan coklat muda, apabila ekstrak kunyit dicampurkan dengan larutan air jeruk menghasilkan warna orange, sedangkan ekstrak kunyit dicampurkan dengan larutan air sabun menghasilkan warna coklat tua.
c.       Pada ekstrak buah naga memiliki warna sampelnya merah pekat, apabila ekstrak buah naga dicampurkan dengan larutan cuka menghasilkan warna pink pekat, apabila ekstrak buah naga dicampurkan dengan larutan air kapur sirih menghasilkan warna kuning, apabila ekstrak buah naga dicampurkan dengan larutan air jeruk menghasilkan warna pink muda, sedangkan ekstrak buah naga dicampurkan dengan larutan air sabun menghasilkan warna ungu.
d.      Pada ekstrak daun pandan memiliki warna sampelnya hijau, apabila ekstrak pandan dicampurkan dengan larutan cuka menghasilkan warna hijau, apabila ekstrak pandan dicampurkan dengan larutan air kapur sirih menghasilkan warna hijau, apabila ekstrak pandan dicampurkan dengan larutan air jeruk menghasilkan warna hijau, sedangkan ekstrak pandan dicampurkan dengan larutan air sabun menghasilkan warna hijau.

BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
       Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa larutan cuka, air kapur sirih, air jeruk, dan air sabun memiliki pH larutan dan sifat yang berbeda.
Pada cuka memiliki pH Larutan 2 memiliki sifat asam, pada larutan air kapur sirih memiliki pH Larutan 14 memiliki sifat basa, pada larutan air jeruk memiliki pH Larutan 1 memiliki sifat asam, dan pada larutan air sabun memiliki pH Larutan 9 memiliki sifat basa. Selain itu pada pengamatan indikator asam dan basa dari sampel yang diamati seperti bunga kembang sepatu, kunyit, dan buah naga bisa di jadikan indikator alami karana mengalami perubahan warna apabila di campurkan dengan larutan cuka, kapur sirih, jeruk sambal dan air sabun. sedangkan daun pandan tidak bisa dijadikan indikator alami tetapi bisa dijadikan pewarna alami hal tersebut di sebabkan pada daun pandan tidak terjadi perubahan warna saat dicampurkan dengan larutan cuka, kapur sirih, jeruk sambal dan air sabun.
B.  Saran
       Sebaiknya sebelum melakukan pratikum siapkan alat dan bahan terlebih dahulu, dan berhati-hatilah saat memegang alat dan bahan dalam pratikum supaya tidak menyebabkan dampak negatip bagi kita semua dan pada saat melakukan pengamatan amatilah dengan benar sehingga menghasilkan data yang benar.

DAFTART PUSTAKA
Justina Sandri, Muchtaridi. 2007. KIMIA 2. Jakarta: Yudistira
Retnowati, Priscilla. 2006. SeribuPena KIMIA. Jakarta: Erlangga.
E, Winarni. 2007. KIMIA. Jakarta: Satu Buku