KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan hasil uji percobaan untuk
”Menentukan
Ph Larutan Dan Menentukan
Indikator Asam-Basa” yang kami buat dalam bentuk laporan.
Laporan hasil uji percobaan ini untuk Menentukan Ph Larutan Dan
Menentukan Indikator Asam-Basa yang
telah kami lakukan dalam pembuatan laporan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada berbagai sumber, seperti beberapa buku dan jurnal sehingga dapat
membantu saya dalam pembuatan laporan ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa ada banyak kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran sehingga saya dapat memperbaiki untuk pembuatan laporan
selanjutnya.
Akhir kata saya menggucapkan
terima kasih semoga laporan ini bermanfaat bagi kita pembaca. Kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan untuk kesempurnaan laporan selanjutnya.
Penulis
Rima Farida
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
- Pendahuluan
- Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
- Pengertian
Indikator
- Pengertian
Asam
- Pengertian
Basa
BAB III METODOLOGI
BAB IV PEMBAHASAN
- Hasil
1. Data
Pengamatan Menentuan pH LARUTAN
2. Data
Pengamatan Indikator Asam Basa
- Pembahasan
1. Pengamatan
Menentukan pH Larutan
2. Pengamatan
Indikator Asam Basa
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam dan basa merupakan dua senyawa kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Secara umum, zat-zat yang berasa masam mengandung asam,
misalnya asam sitrat pada jeruk, asam cuka pada cuka makanan, serta asam
benzoat yang digunakan sebagai pengawet makanan. Basa merupakan senyawa yang
mempunyai sifat licin, rasanya pahit, dan jenis basa tertentu bersifat caustic
atau membakar, misalnya natrium hidroksida, atau soda api. Senyawa
asam mempunyai rasa asam yang masam sedangkan senywa basa mempunyai rasa yang
pahit. Akan tetapi kita tidak boleh mencicipi rasa dari suatu zat kimia.,
karena ada beberapa yang mengandung racun.oleh karena itu untuk menguji sifat
asam basa larutan kita dapat menggunakan alat bantu berupa kertas lakmus,
indikator universal dan beberapa indikator alami seperti ekstrak bunga kembang sepatu, kunyit, buah naga dan daun pandan.
Asam dan Basa memiliki
sifat-sifat yang berbeda, sehingga kita bisa menentukan sifat suatu larutan.
Untuk menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang
pertama menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan
dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam
larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat
basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur
pH-nya. pH merupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki
pH lebih dari 7, sedangkan netral pH nya 7. Dalam kehidupan sehari – hari,
senyawa asam dan basa dapat dengan mudah kita temukan. Mulai dari makanan,
minuman dan beberapa produk rumah tangga yang mengandung basa. Contohnya sabun,
deterjen, dan pembersih peralatan rumah tangga.
Indikator adalah suatu senyawa yang dapat memberikan warna berbeda dalam
suasana yang berbeda, misalnya lakmus yang dalam suasana asam berwarna merah
sedangkan dalam suasana basa berwarna biru. Dengan indikator, kita dapat
menentukan suatu larutan bersifat asam, basa, atau netral. Dengan indikator
universal kita dapat menentukan pH suatu larutan. Indikator universal adalah
campuran dari beberapa macam indikator yang telah distandarisasi warnanya pada
pH 0-14. Oleh karena itu, dengan mencocokkan warna indikator universal dalam
suatu larutan dengan warna standart, kita dapat memperkirakan pH larutan
tersebut.
B. Tujuan
1.
Membuat indikator asam dan basa dari
alam
- Mengatahui
sifat asam dan basa suatu larutan
3.
Mengetahui PH larutan menggunakan
indikator universal/pH meter
- Mengamati
perubahan warna indikator alami pada larutan asam dan basa
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Indikator
Indikator adalah suatu senyawa yang dapat memberikan
warna berbeda dalam suasana yang berbeda, misalnya lakmus yang dalam suasana
asam berwarna merah sedangkan dalam suasana basa berwarna biru.
Dengan
indikator, kita dapat menentukan suatu larutan bersifat asam, basa, atau
netral. Dengan indikator universal kita dapat menentukan pH suatu larutan.
Indikator universal adalah campuran dari beberapa macam indikator yang telah
distandarisasi warnanya pada pH 0-14. Oleh karena itu, dengan mencocokkan warna
indikator universal dalam suatu larutan dengan warna standart, kita dapat
memperkirakan pH larutan tersebut.
Warna
indikator berubah secara gradual. Indikator lakmus berwarna merah dalam larutan
yang memiliki pH sampai dengan 5,5 dan
berwarna biru dalam larutan yang memiliki pH lebih dari 8, sedangkan dalam
larutan yang pH-nya antara 5,5-8, warna lakmus adalah kombinasi dari kedua warna
tersebut, yaitu berubah dari merah menjadi ungu kemudian menjadi biru.
Batas-batas pH ketika indikator mengalami perubahan warna, kita sebut dengan
trayek perubahan warna indikator, dan dengan memperhatikan trayek pH perubahan
warna indikator tersebut, kita dapat memperkirakan harga pH suatu larutan.
Sekitar
tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier secara keliru
berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam
sebagai zat mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya
terbatas pada asam-asam okso dan karena is tidak mengetahui komposisi
sesungguhnya dari asamasam halida, HCI, HBr, dan HI. Lavoisier-lah yang memberi
nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani yaitu oxus (asam) dan gennan
(menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk asam”. Setelah unsur klorin,
bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam – asam
halida ditemukan oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810, definisi oleh Lavoisier
tersebut kemudian ditinggalkan. Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk
Humphry Davy berkeyakinan bahwa semua asam mengandung hidrogen. Setelah itu
pada tahun 1884, ahli kimia Swedia yang bernama Svante August Arrhenius dengan
menggunakan landasan ini, mengemukakan teori ion dan kemudian merumuskan
pengertian asam. Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam
dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan sehingga sifat asam
dan basa dihilangkan.
B. Pengertian
Asam
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila
dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7.
Asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang
disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa.
Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk
garam. Contoh asam adalah asam asetat
Secara umum, asam memiliki sifat sebagai
berikut:
1. masam ketika dilarutkan dalam air.
2. asam terasa menyengat bila disentuh, dan
dapat merusak kulit.
3. asam bereaksi hebat dengan kebanyakan
logam, yaitu korosif terhadap logam.
4. walaupun tidak selalu ionik merupakan
cairan elektrolit.
Basa
adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara kimia, asam dan basa saling
berlawanan. Basa yang larut dalam air disebut alkali. Jika zat asam
menghasilkan ion hidrogen (H+) yang bermuatan positif, maka dalam hal ini basa
mempunyai arti bahwa ketika suatu senyawa basa di larutkan ke dalam air, maka
akan terbentuk ion hidroksida (OH-) dan ion positif menurut reaksi sebagai
berikut. Ion hidroksida (OH-) terbentuk karena senyawa hidroksida (OH) mengikat
satu elektron saat dimasukkan ke dalam air.
Secara umum, basa memiliki sifat sebagai
berikut:
1. Kaustik
2. Rasanya pahit
3. Licin seperti sabun
4. Nilai pH lebih dari air suling
5. Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
6. Dapat menghantarkan arus listrik
Menurut
Purba , M (169, 172, 195) menyebutkan:
“Pada
istilah asam (acid) berasal dari bahasa latin
“Acetum’’ Yang berarti cuka, karena diketahui zat utama dalam cuka adalah
asam asetat. Adapun basa (alkali) berasal dari bahasa arab yang berarti abu.
Contohnya pada jeruk yang mengandung asam sitrat. Pada lambung manusia juga
mengandung klorida yang berguna untuk membunuh kuman yang masuk dalam tubuh .
ada juga beberapa produk rumah tangga yang mengandung senyawa basa . contohnya
sabun mandi, detergen, dan pembersih
peralatan rumah tangga. Pada bahan-bahan pembersih tersebut mengandung senyawa
basa seperti natrium hidroksida , dan kalium hidroksida.”
1. Menurut Arrhenius,
Asam
adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+. Dengan kata lain, pembawa sifat
asam adalah ion H+
Menurut
Arrhenius pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan
ion hidrogen (atau ion hidronium, H3O+) sehingga dapat meningkatkan konsentrasi
ion hidronium (H3O+).
2. Menurut Bronsted dan Lowry,
Asam
adalah spesi yang member proton pada suatu reaksi pemindahan proton.
Di
tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus BrΦnsted (1879-1947) dan
kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara independen mengusulkan
teori asam basa baru, yang ternyata lebih umum.
asam:
zat yang mendonorkan proton (H+) pada zat lain
basa
: zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas
HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi asam basa, yakni
HCl(g)
+ NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol
(g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida
mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
C. Basa
Basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam.
Secara kimia, asam dan basa saling berlawanan. Basa yang larut dalam air
disebut alkali. Jika zat asam menghasilkan ion hidrogen (H+) yang bermuatan
positif, maka dalam hal ini basa mempunyai arti bahwa ketika suatu senyawa basa
di larutkan ke dalam air, maka akan terbentuk ion hidroksida (OH-) dan ion
positif menurut reaksi sebagai berikut. Ion hidroksida (OH-) terbentuk karena
senyawa hidroksida (OH) mengikat satu elektron saat dimasukkan ke dalam
air.
Secara umum, basa memiliki sifat sebagai
berikut:
1. Kaustik
2. Rasanya pahit
3. Licin seperti sabun
4. Nilai pH lebih dari air suling
5. Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
6. Dapat menghantarkan arus listrik
Menurut
para ahli pengertian basa adalah sebagai berikut:
a. Menurut Arrhenius,
“Basa adalah senyawa yang dalam air dapat
menghasilkan ion hidroksida (OH-). Jadi pembawa sifat basa adalah ion OH-.”
Basa
yaitu zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.
Reaksi
keseluruhannya :
Secara
umum : Konsep asam basa Arrhenius
terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat diterapkan pada larutan
non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+ dan OH–.
b. Menurut Bronsted dan Lowry,
“Basa
adalah spesi yang menerima proton pada suatu reaksi pemindahan proton” Menurut
teori Bronsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila
zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan
lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton,
zat ini akan berperan sebagai basa.
Dalam
suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl
+ H2O → Cl– + H3O+
asam1+basa
2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Basa
konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton pindah
dari asam tersebut.
Asam
konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton ditambahkan
ke basa tersebut.
Dalam
reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan
perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut
hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl– juga disebut sebagai pasangan
asam-basa konjugat.
Larutan
dalam air ion CO3 2– bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32– dan H2O, yang
pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya
membentuk pasangan asam basa konjugat.
H2O
+ CO32– → OH– + HCO3–
asam1+basa
2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Zat
disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air
adalah zat amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium
dan ion hidroksida
adalah
contoh reaksi zat amfoter
H2O
+ H2O → OH– + H3O+
asam1+basa
2 → basa konjugat1+asam konjugat2
C. Konsep Asam-Basa
Konsep
Asam-Basa menurut Bronsted dan Lowry
1. Konsep
Asam-Basa dari Bronsted dan Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi juga
menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa
pelarut.
2. Asam dan basa dari Bronsted dan Lowry tidak
hanya berupa molekul tetapi dapat juga berupa kation dan anion. Konsep
asam-basa dari Brosted Lowry dapat menjelaskan, misalnya, sifat asam dari
NH4Cl.(Purba,M.hal196
Purba,M (170) menyebutkan:
“Asam
dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting .Dalam kehidupan
sehari-hari kita mengenal berbagai zat yang kita golongan sebagai asam,
misalnya asam cuka , asam sitrun, asam jawa, asam belimbing, serta “asam
lambung”.
Salah satu sifat asam basa adalah ,rasanya masam. Kita
juga mengenal berberbagai zat yang kita kenal. basa, misalnya: kapur sirih,
kaustik soda,air sabun,dan air abu.Salah satu sifat basa adalah dapat melarut
kan lemak. (muhtaridi & justiana,S, hal.)
Kekuatan Asam dan Basa
Pada
dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada konsentrasi ion
H+ dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion H+ makin asam larutan tersebut.
Umumnya konsentrasi ion H+ sangat kecil, sehingga untuk menyederhanakan
penulisan, seorang kimiawan dari Denmark bernama Sorrensen mengusulkan konsep
pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama dengan negatif logaritma
konsentrasi ion H+ dan secara matematika diungkapkan dengan persamaan :
1. Derajat keasaman (pH)
Untuk
air murni pada temperatur 25 °C :
[H+]
= [OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga
pH air murni = – log 10-7 = 7.
Jika
pH = 7, maka larutan bersifat netral
Jika
pH < 7, maka larutan bersifat asam
Jika
pH > 7, maka larutan bersifat basa
Pada
temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14
2. Asam Kuat
Disebut
asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1).
Untuk menyatakan derajat keasamannya,
dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.
3. Asam Lemah
Disebut
asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan
besarnya derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asam
lemahnya (seperti halnya asam kuat). Penghitungan derajat keasaman dilakukan
dengan menghitung konsentrasi [H+] terlebih dahulu dengan rumus :
di
mana, Ca = konsentrasi asam lemah
Ka
= tetapan ionisasi asam lemah
4. Basa Kuat
Disebut
basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1).
Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai
pOH dari konsentrasi basanya.
5. Basa lemah
Disebut
basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠
1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya
konsentrasi OH– tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya
(seperti halnya basa kuat), akan tetapi harus dihitung dengan menggunakan rumus
:
di
mana, Cb = konsentrasi basa lemah
Kb
= tetapan ionisasi basa lemah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Waktu : Kami
melakukan pratikum ini pada hari jumat, 17 Juni 2016 pada
pukul 09.00 – selesai WIB
Tempat :
Laboratorium Universitas Kapuas Sintang
B. Alat dan Bahan
Alat
: Gelas Ukur, Mortar, Erlemeyer, Botol Vial, Ember, Pipet Tetes,
Spons, Karter., Indikator
Universal, Tisu, Label, spatula.
Bahan yang di guanakan
adalah sbb :
Kelompok
1:
1. Aquades
2. Kembang
sepatu
3. cuka
Kelompok
2:
1. Aquades
2. kunyit
3. kapur
Kelompok
3:
1. Aquades
2. Buah
naga
3. Sabun
surya
Kelompok
4:
1. Aquades
2. Daun
pandan
3. Jeruk
sambal
C. Cara Kerja
1.
Menentukan
ph larutan:
a.
Siapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
b.
Sebelum
membuat indikator asam dan basa terlebih dahulu kita membuat larutan untuk
menentukan pH larutan.
c.
Seperti
membuat larutan cuka, air kapur, air jeruk, dan air sabun.
d.
Tambahkan
air
pada masing-masing larutan
dan aduk menggunakan spatula
e.
Gunakan tabung erlemeyer untuk
menempatkan larutan-larutan yang tersedia.
f.
Larutan-larutan yang tersedia di uji menggunakan
indikator universal
g.
Catatlah
besar ph dan tentukan sifat larutan tersebut
2. Menentukan
Indikator Asam Dan Basa:
a. Potong
atau mengiris setiap bahan yang digunakan seperti kembang sepatu, kunyit, buah naga, daun pandan dengan menggunakan
cutter
b. Kemudian
masukkan kedalam mortar dan tumbuk atau digiling menjadi halus, tambahkan air aquades secukupnya
c. Setelah
selesai pembuatan ekstraknya
d. masukan
ekstraknya kedalam tabung vial kira-kira 2 tetes dengan meggunakan pipet tetes
Tabung
1: cuka Tabung
3: air jeruk sambal
Tabung
2: air kapur Tabung 4: air sabun surya
e. Guncangkan tabung kemudian amati perubahan
warna yang terjadi
f.
Pipetkan
pada pada hal yang sama pada bunga kembang sepatu, kunyit, buah naga, kunyit
dan daun pandan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Pengamatan
menentukan pH Larutan
Larutan
|
pH indikator universal
|
Sifat
larutan
|
Cuka Makan 5 %
|
2
|
Asam
|
Air
Kapur Sirih
|
14
|
Basa
|
Air
Jeruk
|
1
|
Asam
|
Air
Sabun
|
9
|
Basa
|
2.
Data
Pengamatan Indikator Asam Basa
Warna
sampel
|
Nama
sampel
|
Warna
ekstrak sampel
|
Warna
ekstrak sampel + cuka
|
Warna
ekstrak sampel+ air kapur
|
Warna
ekstrak sampel + air jeruk
|
Warna
ekstrak sampel + air sabun
|
Merah
|
Bunga Kembang Sepatu
|
Merah
|
Merah Cerah
|
Hijau
|
Merah Cerah
|
Hitam
|
Kuning
|
Kunyit
|
Kuning Pekat
|
Orang
|
Coklat Muda
|
Orange
|
Coklat Tua
|
Merah Marun
|
Buah Naga
|
Pink Pekat
|
Pink Muda
|
Kuning
|
Pink Muda
|
Ungu
|
Hijau
|
Pandan
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
B. Pembahasan
1. Pengamatan
menentukan pH Larutan
Berdasarkan data pengamatan yang
menentukan pH Larutan, bahwa pH Larutan pada cuka, kapur sirih, air jeruk dan air sabun memiliki
pH Larutan berbeda dan sifat larutan yang berbeda. Pada cuka memiliki pH
Larutan 2 memiliki sifat asam, pada larutan air kapur sirih memiliki pH Larutan
14 memiliki sifat basa, pada larutan air jeruk memiliki pH Larutan 1 memiliki
sifat asam, dan pada larutan air sabun memiliki pH Larutan 9 memiliki sifat
basa.
2. Pengamatan
Indikator Asam Basa
Berdasarkan data pengamatan yang
menetukan indikator asam dan basa dengan menggunakan ekstrak bunga kembang
sepatu, kunyit, buah naga dan daun pandan yang dicampurkan dengan larutan cuka,
air kapur sirih, air jeruk, dan air sabun di dapatkan hasil pengamatan sbb :
a. Pada
ekstrak bunga kembang sepatu memiliki warna sampelnya merah, apabila ekstrak bunga
kembang sepatu dicampurkan dengan larutan cuka menghasilkan warna merah cerah,
apabila ekstrak bunga kembang sepatu dicampurkan dengan larutan air kapur sirih
menghasilkan warna hijau, apabila ekstrak bunga kembang sepatu dicampurkan
dengan larutan air jeruk menghasilkan warna merah cerah, sedangkan ekstrak
bunga kembang sepatu dicampurkan dengan larutan air sabun menghasilkan warna
hitam.
b. Pada
ekstrak kunyit memiliki warna sampelnya kuning pekat, apabila ekstrak kunyit dicampurkan
dengan larutan cuka menghasilkan warna orange, apabila ekstrak kunyit
dicampurkan dengan larutan air kapur sirih menghasilkan coklat muda, apabila
ekstrak kunyit dicampurkan dengan larutan air jeruk menghasilkan warna orange,
sedangkan ekstrak kunyit dicampurkan dengan larutan air sabun menghasilkan
warna coklat tua.
c. Pada
ekstrak buah naga memiliki warna sampelnya merah pekat, apabila ekstrak buah
naga dicampurkan dengan larutan cuka menghasilkan warna pink pekat, apabila
ekstrak buah naga dicampurkan dengan larutan air kapur sirih menghasilkan warna
kuning, apabila ekstrak buah naga dicampurkan dengan larutan air jeruk
menghasilkan warna pink muda, sedangkan ekstrak buah naga dicampurkan dengan
larutan air sabun menghasilkan warna ungu.
d. Pada
ekstrak daun pandan memiliki warna sampelnya hijau, apabila ekstrak pandan
dicampurkan dengan larutan cuka menghasilkan warna hijau, apabila ekstrak
pandan dicampurkan dengan larutan air kapur sirih menghasilkan warna hijau,
apabila ekstrak pandan dicampurkan dengan larutan air jeruk menghasilkan warna
hijau, sedangkan ekstrak pandan dicampurkan dengan larutan air sabun
menghasilkan warna hijau.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat
disimpulkan bahwa larutan cuka, air kapur sirih, air jeruk, dan air sabun
memiliki pH larutan dan sifat yang berbeda.
Pada cuka memiliki pH Larutan 2
memiliki sifat asam, pada larutan air kapur sirih memiliki pH Larutan 14
memiliki sifat basa, pada larutan air jeruk memiliki pH Larutan 1 memiliki
sifat asam, dan pada larutan air sabun memiliki pH Larutan 9 memiliki sifat
basa. Selain itu pada pengamatan indikator asam dan basa dari sampel yang
diamati seperti bunga kembang sepatu, kunyit, dan buah naga bisa di jadikan
indikator alami karana mengalami perubahan warna apabila di campurkan dengan
larutan cuka, kapur sirih, jeruk sambal dan air sabun. sedangkan daun pandan
tidak bisa dijadikan indikator alami tetapi bisa dijadikan pewarna alami hal
tersebut di sebabkan pada daun pandan tidak terjadi perubahan warna saat
dicampurkan dengan larutan cuka, kapur sirih, jeruk sambal dan air sabun.
B. Saran
Sebaiknya sebelum melakukan pratikum
siapkan alat dan bahan terlebih dahulu, dan berhati-hatilah saat memegang alat
dan bahan dalam pratikum supaya tidak menyebabkan dampak negatip bagi kita
semua dan pada saat melakukan pengamatan amatilah dengan benar sehingga
menghasilkan data yang benar.
DAFTART
PUSTAKA
Justina Sandri, Muchtaridi. 2007. KIMIA 2. Jakarta: Yudistira
Retnowati, Priscilla. 2006. SeribuPena KIMIA. Jakarta: Erlangga.
E, Winarni. 2007. KIMIA. Jakarta: Satu Buku